Jumat, 16 November 2018

Kisah Nabi Ishaq 'Alaihis Salam


Sebuah kisah islami yang mengulas tentang cerita nabi ishaq, Seperti yang pernah diceritakan pada cerita sebelumnya, yaitu mengenai kisah nabi ismail yang merupakan anak Nabi Ibrahim dari istri keduanya yang bernama siti hajar. Setelah dikaruniai anak dari siti hajar oleh Allah SWT, Nabi Ibrahim berdoa memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa agar dikaruniai anak dari istri pertamanya yang bernama Siti Sarah. Yang merupakan istri yang selalu setia bersamanya dalam menegakkan kalimatullah. Allah pun mendengar dan mengabulkan doa dari hamba yang dikasihinya tersebut, kemudian mengurus beberapa malaikat dalam wujud manusia untuk menyampaikan kembar gembira kepada Nabi Ibrahim bahwa akan lahir seorang anak dari istri pertamanya yaitu Siti Sarah. Selain kabar itu, malaikat juga memberitahu bahwa mereka juga akan pergi mendatangi kaum Nabi Luth  untuk menajtuhkan azab kepada kaum yang sesat dan kembali kepada jalan Allah.
Saat beberapa malaikat itu  mendatangi Nabi Ibrahim, tentunya Nabi Ibrahim menyambut para malaikat itu dengan sangat baik serta mempersilahkan mereka untuk duduk di ruang tamu, lalu ia pun segera menyiapkan jamuan makan untuk para malaikat itu. Nabi Ibrahim merupakan hamba Allah yang selalu memuliakan tamu, selain itu ia juga merupakan orang yang dermawan. Beberapa saat kemudian, suami istri sarah ini datang daging anak saping gemuk yang telah dipanggang lalu menghidangkan kepada tamunya tersebut. Meski telah dihidangkan makanan dan minuman yang lezat, namun mereka tidak makan dan minum jamuan yang telah disajikan oleh Nabi Ibrahim. Tentunya hal itu membuat Nabi Ibrahim takut terhadap tamu tamunya itu, kemudian para malaikat itu menenangkan dan member tahu siapa mereka dan menyampaikan kabar gembira bahwa akan lahir seorang anak yang alim.
Kisah Nabi Ishaq– Pada saat yang bersamaan, istri Nabi Ibrahim mendengar pembicaraan antara malaikat dengan Nabi Ibrahim. Ia pun datang menghampiri mereka dengan keheranan terhadap kabar yang mereka bawa. Ia bingung bagaimana mungkin ia akan melahirkan, padahal ia merupakan wanita yang telah tua dan juga mandul, saat itu usianya telah mencapai 90 tahun. Sementara itu suaminya juga telah berusia lanjut. Hal tersebut juga tertulis dalam Al Qur an yang berbunyi sebagai berikut
Istri berkata : “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh” (Qs. 11 : 72)

Maka malaikat pun berkata ; mereka berkata “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan”, sesungguhnya Dialah yang maha bijaksana lagi maha mengetahui” (QS 51 : 30)
Mendengar berita itu, Nabi Ibrahim as pun menjadi tenang dan berbahagia, mereka sangat bersyukur kepada Allah SWT atas adanya kabar tersebut. Sebagaimana yang telah difirmankan dalam Al Qur an
“dan ingatlah hamba-hamba kami : Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan perbuatan yang besar dan ilmu ilmu yang tinggi. Sesungguhnya kami telah mensucikan mereka dengan (menganugrahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi kami benar-benar termasuk orang-orang pilihanyang paling baik (QS : 38 : 45 – 47)
Dan yang dinanti-nantinya ternyata akan tiba. Selang beberapa waktu, maka datanglah apa yang dinantikan itu, yaitu siti sarah melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama Ishaq oleh Nabi Ibrahim as. Saat itu, usia Nabi Ibrahim as telah 100 tahun.  Nabi Ishaq as lahir empat belas tahun setelah kelahiran Nabi ismail as
Al Qur’anul karim tidak menyebuatkan secara panjang lebar kisah Nabi isaq as, demikin pula tentang kaum yang kepada mereka diutus Nabi Ishaq. Namuun Allah memuji Nabi Ishaq as di beberapa tempat dalam al qur an, antara lain sebagai berikut :
“dan ingatlah hamba-hamba kami : Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan perbuatan yang besar dan ilmu ilmu yang tinggi. Sesungguhnya kami telah mensucikan mereka dengan (menganugrahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi kami benar-benar termasuk orang-orang pilihanyang paling baik (QS : 38 : 45 – 47)
Sementara itu dalam sabdanya, Nabi Muhammad saw juga memuji Nabi Ishaq as. :
“yang mulia putera yang mulia, putera yang mulia dan putera yang mulia adalah Yusuf putera Ya’qub, putera Ishaq, putera Ibrahim” (Hr. Bukhari dan muslim)
Ahli kitab menyebutkan bahwa Nabi Ishaq as ketika menikah dengan Rafqah binti batu’il saat ayahnya yaitu ibraim as masih hidup, saat itu usianya telah mencapai 40 tahun. Dan istrinya juga sempat menjadi mandul seperti ibunya, maka Nabi Ishaq as pun berdoa memohon kepada Allah untuknya, sehingga istrinya pun hamil dan melahirkan putera kembar yang pertama bernama ‘Iishuu. Orang-orang arab menyebutnya ‘Ish; ia merupakan nenek moyang dari bangsa romawi. Yang kedua bernama Ya’qub. Disebut Ya’qub kare ia terlahir dalam keadaan memegang tumit saudaranya. Putra Ishaq yang bernama Ya’qub inilah yang nantinya menjadi Nabi dan rasul Allah dan Nabi Ya’qub akan mendapat keturunan yang banyak, di antaranya Nabi yusuf as yang menjadi menjadi Nabi dan rasul. Dan dari Nabi Ishaq as inilah menurunkan Nabi-Nabi dari bani israil yang kemudian sampai pada Isa as. Setelah Nabi isa as, kemudian diakhiri dengan Nabi muhammad dari keturunan Nabi Ismai as.
Setelah Nabi Ishaq as menyeleseaikan tugasnya sebagai Nabi dan rasul utusan Allah, ia meninggal dunia pada usia 180 tahun dan dimakamkan di Jirun, yang saat ini menjadi kota yang bernama  Madinah.
Itulah ulasan mengenai cerita Nabi Ishaq as, tentang asal usul, kehidupan, dan kesabarannya. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerita Nabi di atas. Aamiin.

Kamis, 15 November 2018

Kisah Nabi Ismail 'Alaihis Salam


Nabi Ismail (sekitar 1911-1779 SM) adalah seorang nabi dalam kepercayaan agama samawi. Ismail adalah putera dari Ibrahim dan Hajar, kakak kandung dari Ishaq.

Nabi ismail dianggkap menjadi nabi pada tahun 1850 SM. Ia tinggal di Amaliq dan berdakwah untuk Qabilah Yaman, Mekkah.

Nabi Ismail namanya disebutkan sebanyak 12 kali dalam Al-Quran. Ia meninggal pada tahun 1779 SM di Mekkah. Secara tradisional ia dianggap sebagai Bapak Bangsa Arab.

Ismail berasal dari dua kata “dengarkan” (ishma’) dan “Tuhan” (al/il), yang artinya “Dengarkan (doa kami wahai) Tuhan.”

Ismail bin Ibrahim menikah dengan Umara binti Yasar bin Aqil kemudian diceraikan lalu menikah lagi dengan Sayiida binti Mazaz bin Umru. Pernikahan dengan Meriba dan Malchut, diketahui memiliki sejumlah anak dan hanya ada seorang anak wanita yang bernama Bashemath.

Nabi Ibrahim Meninggalkan Ismail dan Istrinya Hajar

Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersamaIstrinya Sarah, Hajar, dan dayangnya di tempat tujuannya di Palestina. Ia telah membawa pindah juga semua hewan ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha dagangnya di Mesir.

Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a. berkata:

“Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. Tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang istri sebagai Sarah merasa telah dikalahkan oleh Hajar sebagai seorang dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Sarah merasakan bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar kerana merasa sangat gembira dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan permulaan ada keratakan dalam rumahtangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Sarah merasa tidak tahan hati jika melihat Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.”

Untuk sesuatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah istrinya dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan ditempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.

Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan yang tertentu.

Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya.

Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang kencang menghembur-hamburkan debu-debu pasir.

Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang melelahkan, tibalah Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah kota suci di mana Kaabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari seluruh dunia.

Di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan di situlah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering.

Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir.

Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong itu, tiada seorang manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu.

Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa tidak tega meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya yang sangat disayangi akan tetapi ia sadar bahwa apa yang dilakukannya itu adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandung hikmat yang masih terselubung baginya dan ia sadar pula bahwa Allah akan melindungi Ismail dan ibunya dalam tempat pengasingan itu dari segala kesukaran dan penderitaan. Ia berkata kepada Hajar:

“Bertawakal-lah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungimu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyu-Nya, tidak sesekali aku tega meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat kucintai ini. Percayalah wahai Hajar, bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah.”

Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya pada baju Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau menunggang untanya kembali ke Palestina dengan iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang menetak.

Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya ketika ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestina di mana istrinya Sarah sedang menanti.

Ia tidak henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah perlindungan, rahmat dan barakah serta kurnia rezeki bagi putera dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu.

Nabi Ibrahim berkata dalam doanya:

” Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu (Baitullah) di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar mereka mendirikan salat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan yang lezat, mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu.”


Munculnya Mata Air Zamzam

Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya dan anaknya yang masih menyusu di padang sahara. Ibu Ismail menyusui anaknya dan mulai merasakan kehausan. Saat itu matahari bersinar sangat panas dan membuat manusia mudah merasa haus.

Setelah dua hari, habislah air dan keringlah susu si ibu. Hajar dan Ismail merasakan kehausan, dan makanan telah tiada sehingga saat itu mereka merasakan kesulitan yang luar biasa.

Ismail mulai menangis kehausan dan ibunya meninggalkannya untuk mencarikan air. Si ibu berjalan dengan cepat hingga sampai di suatu gunung yang bernama Shafa.

Ia menaikinya dan meletakkan kedua tangannya di atas keningnya untuk melindungi kedua matanya dari sengatan mata­hari. Ia mulai mencari-cari sumber air atau sumur atau seseorang yang dapat membantunya atau kafilah atau musafir yang dapat menolongnya atau berita namun semua harapannya itu gagal.

Ia segera turun dari Shafa dan ia mulai berlari dan melalui suatu lembah dan sampai ke suatu gunung yang bernama Marwah. Ia pun mendakinya dan melihat apakah ada seseorang tetapi ia tidak melihat ada seseorang.

Si ibu kembali ke anaknya dan ia masih mendapatinya dalam keadaan menangis dan rasa hausnya pun makin bertambah. Ia segera menuju ke Shafa dan berdiri di atasnya, kemudian ia menuju ke Marwah dan melihat-lihat. Ia mondar-mandir, pulang dan pergi antara dua gunung yang kecil itu sebanyak tujuh kali.

Oleh karenanya, orang-orang yang berhaji berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ini adalah sebagai peringatan terhadap ibu mereka yang pertama dan nabi mereka yang agung, yaitu Ismail.

Setelah putaran ketujuh, Hajar kembali dalam keadaan letih dan ia duduk di sisi anaknya yang masih menangis.

Di tengah-tengah situasi yang sulit ini, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya. Ismail pun memukul-mukulkan kakinya di atas tanah dalam keadaan menangis, lalu memancarlah di bawah kakinya sumur zamzam sehingga kehidupan si anak dan si ibu menjadi terselamatkan.

Si ibu mengambil air dengan tangannya dan ia bersyukur kepada Allah SWT. Ia pun meminum air itu beserta anaknya, dan kehidup­an tumbuh dan bersemi di kawasan itu.

Sungguh benar apa yang dikatakannya bahwa Allah SWT tidak akan membiarkannya selama mereka berada di jalan-Nya.

Kafilah musafir mulai tinggal di kawasan itu dan mereka mulai mengambil air yang terpancar dari sumur zamzam.

Tanda-tanda kehidupan mulai mengepakkan sayapnya di daerah itu. Ismail mulai tumbuh dan Nabi Ibrahim menaruh kasih sayang dan perhatian padanya, lalu Allah SWT mengujinya dengan ujian yang berat. 

Perintah Menyembelih Nabi Ismail

Pada suatu malam, nabi Ibrahim bermimi dalam tidurnya dimana ia diperintahkan untuk menyembelih anaknya ismail oleh Allah SWT.

Mimpi itu membuat hati nabi Ibarhim bergejolak. Namun Sebagai pecinta sejati, Ia tidak "menggugat" perintah Allah SWT itu.

Nabi Ibrahim adalah penghulu para pecinta. Nabi Ibrahim berpikir tentang apa yang dikatakan kepada anaknya ketika ia menidurkannya di atas tanah untuk kemudian menyembelihnya.

Lebih baik baginya untuk memberitahu anaknya dan hal itu lebih menenangkan hatinya daripada memaksanya untuk menyembelih. Akhirnya, Nabi Ibrahim pergi untuk menemui anaknya.

"Ibrahim berkata: 'Wahai anakku sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi, aku menyembelihmu, maka bagaimana pendapatmu. " (QS. ash-Shaffat: 102)

Perhatikanlah bagaimana kasih sayang Nabi Ibrahim dalam menyampaikan perintah kepada anaknya. la menyerahkan urusan itu kepada anaknya; apakah anaknya akan menaati perintah tersebut.

Bukankah perintah tersebut adalah perintah dari Tuhannya? Ismail menjawab sama dengan jawaban dari ayahnya itu bahwa perintah itu datangnya dari Allah SWT yang karenanya si ayah harus segera melaksanakannya:

"Wahai ayahku kerjakanlah yang diperintahkan Tuhanmu. Insya Allah engkau mendapatiku sebagai orang-orang yang sabar." (QS. ash-Shaffat: 102)

Perhatikanlah jawaban si anak. Ia mengetahui bahwa ia akan disembelih sebagai pelaksanaan perintah Tuhan, namun ia justru menenangkan hati ayahnya bahwa dirinya akan bersabar. Itulah puncak dari kesabaran.

Barangkali si anak akan merasa berat ketika harus dibunuh dengan cara disembelih sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT.

Tetapi Nabi Ibrahim merasa tenang ketika mendapati anaknya menantangnya untuk menunjukkan kecintaan kepada Allah SWT.

Kita tidak mengetahui perasaan sesungguhnya Nabi Ibrahim ketika mendapati anaknya menunjukkan kesabaran yang luar biasa.

Allah SWT menceritakan kepada kita bahwa Ismail tertidur di atas tanah dan wajahnya tertelungkup di atas tanah sebagai bentuk hormat kepada Nabi Ibrahim agar saat ia menyembelihnya Ismail tidak melihatnya, atau sebaliknya.

Kemudian Nabi Ibrahim mengangkat pisaunya sebagai pelaksanan perintah Allah SWT:

"Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim, membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)." (QS. ash-Shaffat: 103)

Pada saat pisau siap untuk digunakan sebagai perintah dari Allah SWT, Allah SWT memanggil Ibrahim. Selesailah ujiannya, dan Allah SWT menggantikan Ismail dengan suatu kurban yang besar. 

Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai hari raya oleh kaum Muslim, yaitu hari raya yang mengingatkan kepada mereka tentang Islam yang hakiki yang dibawa dan di amalkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.

Nabi Ismail Membantu Ayahnya Membangun Kabah

Nabi Ismail dibesarkan di Makkah (pekarangan Kaabah). Apabila dewasa beliau menikah dengan wanita dari Suku Jurhum. Walaupun tinggal di Makkah, Ismail sering dikunjungi ayahnya.

Sekitar tahun 1892 SM, ayahnya menerima wahyu dari Allah agar membangun Kaabah. Hal itu disampaikan kepada anaknya. Ismail berkata:  

“Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerjaan mulia itu.”

Ketika membangun Kaabah, Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail:

“Bawakan batu yang baik kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut supaya ia menjadi tanda kepada manusia.”

Kemudian Jibril memberi ilham kepada Ismail supaya mencari batu hitam untuk diserahkan kepada Nabi Ibrahim. Setiap kali bangun, mereka berdoa:

“Wahai Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Bangunan (Kaabah) itu menjadi tinggi dan Ibrahim makin lemah untuk mengangkat batu. Dia berdiri di satu sudut, kini dikenali Maqam Ibrahim.

Ismail Diangkat Menjadi Nabi

“Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur`an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam [19]: 54) 

Sekian lama, Ismail mendampingi ayahnya berdakwah. Ia pun diangkat menjadi seorang nabi dan rasul.

Ismail sangat pantas diangkat menjadi nabi karena memiliki akhlak yang mulia.

Ia sangat taat kepada Allah SWT, berbakti kepada orangtuanya, menepati janji, dan bijaksana. 

Nabi Ismail berdakwah di Mekah. Ia menyeru umat manusia agar menyembah Allah SWT dan bertakwa kepada-Nya. Nabi Ismail wafat di Mekah. Tempat wafatnya dinamakan Hijr Ismail.

Nabi Ismail mempunyai 12 anak lelaki dan seorang anak perempuan yang dinikahkan dengan anak saudaranya, yaitu Al-’Ish bin Ishak.

Dari keturunan Nabi Ismail lahir Nabi Muhammad SAW. Keturunan Nabi Ismail juga menurunkan bangsa Arab Musta’ribah.

Pelajaran Dari Kisah Nabi Ismail

  1. Keluarga Ibrahim layak dijadikan teladan karena ketaatan dan kepatuhannya menjalankan perintah Allah.
  2. Mereka sukses melewati beberapa ujian.
  3. Ketaatan dan Kepatuhan Nabi Ismail terhadap perintah Allah dan orang tuanya mencerminkan kepribadian anak saleh yang patut dijadikan teladan.
  4. Ketinggian budi pekerti yang dimiliki Ismail menjadikannya dicintai Allah dan mendapatkan banyak keistimewaan dari-Nya, diantaranya diangkat menjadi nabi dan rasul.
  5. Perintah penyembelihan Ismail mengandung hikmah bahwa Allah mengajarkan tentang berkorban, agar manusia senantiasa saling peduli dengan yang lainnya.
Semoga kita dapat mengambil pembelajaran dari kisah ini.

Sumber : www.muslimidia.com

Kisah Nabi Luth 'Alaihis Salam


Nabi Luth as merupakan anak saudara laki-laki dari Nabi ibrahim as. Ayah Nabi Luth as bernama hasan bin tareh merupakan saudara sekandung dari Nabi Ibrahim.

Namanya disebutkan sebanyak 27 kali di dalam Alquran, nabi Luth masih memiliki ikatan saudara dengan nabi Ibrahim. Lebih tepatnya ia adalah keponakan dari nabi Ibrahim AS.

Saat berdakwah kepada kaumnya di kota Sodom, nabi Luth mendapatkan banyak tentangan. Masyarakat di kota Sodom adalah masyarakat yang rendah moralnya dan rusak akhlaknya. 

Masyarakat Sodom tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab.

Dengan alasan itulah nabi Luth di utus oleh Allah SWT untuk meluruskan kelakuan serta akhlak umantnya itu. Pada waktu itu, kaum Sodom setiap harinya melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah Allah SWT.

Dakwah Nabi Luth a.s Kepada Kaum Sodom

Masyarakat Sodom adalah masyarakat yang rendah paras moralnya dan rusak akhlak. Masyarakat Sodom tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. 

Maksiat dan kemungkaran bermaharajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. 

Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan suka sesama jenis di kalangan lelakinya dan di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu bermaharajalela di dalam masyarakat sehinggakan ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sodom.

Seorang pendatang yang masuk ke Sodom tidak akan selamat dari diganggu oleh mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. 

Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.

Kelakuan para masyarakat Sodom ini diabadikan di dalam Al-Qur'an:

"Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas". [QS. Ash-Shu`arā' ayat 165-166]

Berkali-kali nabi Luth menyerukan kepada mereka untuk meninggalkan kebudayaan menyimpang mereka, namun karena sudah terlanjur hancur moral masyarakat disana merekapun tidak mau mendengar perkataan nabi Luth. Hanya sebagian kecil saja yang mau mengikuti ajaran nabi Luth.

Demikianlah Nabi Luth, melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya. Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau perorangan mengajak agar mereka beriman dan percaya kepada Allah dan menyembah-Nya. 

Diajaknya kaumnya untuk melakukan amal saleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar.

Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak telah mendarah daging di dalam pergaulan sosial mereka dan pengaruh hawa nafsu serta bujukan setan sudah begitu kuat dan menguasai tindak-tanduk mereka.

Dakwah dan ajakan Nabi Luth yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tempat di dalam hati dan pikiran mereka dan berlalu begitu saja, masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Telinga-telinga mereka sudah menjadi tuli terhadap ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan pikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran-ajaran setan dan iblis.

Hingga pada suatu saat, kaumnya merasa kesal dengan nabi Luth yang selalu berdakwah dan mengingatkan mereka. Mereka pun kemudian meminta nabi Luth untuk menghentikan dakwahnya dan mengusir ia beserta keluarganya dan pengikutnya untuk pergi dari kota Sodom.

Nabi Luth a.s Didatangi Malaikat

Nabi Luth merasa bahwa berdakwah kepada mereka yang sudah runtuh akhlaq dan moralnya adalah perbuatan yang sia-sia. Sehingga ia meminta kepada Allah SWT untuk dijatuhkan azab kepada para kaumnya itu.

Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat yang menyamar sebagai manusia biasa.

Mereka adalah malaikat yang bertemu Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahukan kepada mereka bahwa mereka adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth, penduduk kota Sadum (Sodom).

Dalam Al-Quran surat Adh-Dhariyat Allah SWT berfirman:

"Ibrahim bertanya: "Apakah urusanmu hai para utusan?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah, yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas". [QS. Adh-Dhāriyāt ayat 31-34]

Para malaikat itu sampai di Sodom dengan menyamar sebagai lelaki muda yang berparas tampan dan badan yang berotot, tegap dan sasa tubuhnya. 

Dalam perjalanan mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih dengan seorang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil dari sebuah perigi. Lelaki muda (malaikat) bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka diterima di rumah sebagai tamu. 

Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditngglkanlah para lelaki muda itu oleh lalu pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya (Luth).

Mendengar kabar berita anak perempuannya, Nabi Luth menjadi bingung, jawaban apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu.

Namun menerima tamu yang berparas tampan dan kacak akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tamu dari kaumnya yang tergila-gila untuk melakukan hubungan badan sejenis dengan anak muda yang mempunyai tubuh bagus dan paras wajah elok. 

Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.

Nabi Luth memutuskan untuk menerima lelaki-lelaki muda itu sebagai tetamu di rumahnya. Luth hanya pasrah kepada Allah dan berlindung sekiranya terdapat segala rintangan yang akan datang. 

Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mereka bersama-sama ke rumah. Ketika itu, kota Sodom sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.

Nabi Luth telah pun berpesan kepada isteri dan kedua puterinya agar merahasiakan kedatangan anak-anak lelaki muda itu. Jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya.

Namun, isteri Nabi Luth membocorkan berita kedatangan tamu Luth kepada mereka. Berita kedatangan tamu Luth tersebar kerana isteri Nabi Luth.

Berita kedatangan tamu Luth tersebar karena isteri Nabi Luth. Datanglah beramai-ramai lelak-lelaki Sodom ke rumah Nabi Luth, berhajat untuk memuaskan nafsu mereka, setelah lama tidak mendapat anak muda. 

Berteriaklah mereka memanggil Luth untuk lepas anak-anak muda itu, agar diberi kepada mereka untuk memuaskan nafsu.

Dengar teriakan mereka, Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru agar mereka kembali ke rumah masing-masing dan jangan menggunggu tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan.

Mereka diberi nasihat agar meninggalkan perbuatan kebiasaan mereka yang keji itu. Perbuatan mereka yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kodrat alam di mana Allah telah menciptakan manusia berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai mahluk yang termulia di atas bumi. 

Nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mereka dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mereka dilanda azab dan siksaan Allah.

Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth tidak dihiraukan dan dipedulikan, mereka bahkan mendesak akan mendobrak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan jika pintu tidak di buka dengan sukarela. 

Merasa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang lelaki kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada para tamunya:

"Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap tamu di rumahku sendiri." 

Mendengar keluh-resah Nabi Luth, lantas anak-anak muda itu memberitahu hal yang sebenar, mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang diutus oleh Allah untuk menurunkan azab dan siksa atas rakyatnya karena segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.

Para utusan (malaikat) berkata: 

"Hai Luth sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu." (QS. Hud: 81)

Malaikat-malaikat itu menyuruh Nabi Luth membuka pintu rumahnya seluas mungkin agar dapat memberi kesempatan bagi orang-orang yang hauskan dengan lelaki itu masuk. 

Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu memijakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat sesuatu. 

Malaikat-malaikat tadi telah membutakan mata mereka. Lalu, diusap-usap dan digosok-gosok mata mereka, ternyata mereka sudah menjadi buta.

"Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal." (QS. al-Qamar: 37-38).


Turunnya Azab Allah SWT Kepada Kaum Sodom

Para tamu atau malaikat itu berseru dan meminta agar Nabi Luth as meninggalkan perkampungan itu bersama keluarga yang ia sayangin, karena azab dari Allah swt telah tiba waktunya untuk ditimpukkan. 

Nabi Luth as dan keluarganya diberi pesan oleh malaikat dalam perjalan keluar dari Sodom tidak menengok ke belakang.

"Pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali istrimu Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka adalah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" (QS. Hud: 81)


Nabi Luth keluar dari rumahnya selepas tengah malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya.

Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tega meninggalkan kaumnya.

Ia berada di belakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-hentinya menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri.

Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian datanglah azab Allah SWT.

"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang lalim. " (QS. Hud: 82-83)


Sewaktu fajar menyingsing, mulailah bergergetar dengan dahsyat bumi di bawah kaki masyarakat sodom, begitu juga dengan istri Nabi Luth as yang munafik itu. 

Gentaran itu lebih hebat dan kuat dari pada gempa bumi dan juga diiringi dengan angin kencang serta hujan batu yang membumi hanguskan kota sodom dan seluruh penghuninya yang melampaui batas itu.

"...dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya (yang beriman) kecuali istrinya (istri Nabi Luth); dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan), dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu." [QS. Al-A’raaf ayat 80-84]

Itulah azab yang sepantasnya ditimpakan kepada orang-orang yang sesat, yang sudah diperingatkan oleh Nabi utusan Allah yang maha mengetahui, namun mereka tetap tidak mau mendengarkan. 

Semoga kita dan masyarakat kita terlindung dari kemaksiatan, sehingga tidak ditimpa azab yang begitu pedih seperti pada cerita Nabi Luth as di atas. Aamiin.

Kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam


Sejarah Nabi Ibrahim Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat – Nabi Ibrahim ialah seorang nabi yang dilahirkan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang musyrik dan kafir. Beliau adalah anak Azar yang masih keturunan Sam bin Nuh. Nabi Ibrahim dilahirkan pada tahun 2295 sebelum Masehi, di negeri Mausul. Ayah beliau adalah seorang pembuat patung berhala dan beliau sendiri sangat membenci berhala-berhala itu. Beliau lahir pada zaman kerajaan Raja Namrud yang mengaku dirinya sebagai Tuhan.

Ketika Nabi Ibrahim Dibuang Ke Hutan

Nabi Ibrahim diasingkan atau disembungkan ke hutan oleh ayahnya sebagai bentuk penyelamatan, karena pada masa itu, raja Namrud mengeluarkan undang-undang bahwa setiap bayi laki-laki yang terlahir harus dibunuh. Atas izin Allah SWT, Nabi Ibrahim selamat dari gangguan binatang-binatang buas. Setelah beliau tumbuh besar, beliau berpikir siapakah yang pantas untuk disembah. Karena banyak kaumnya yang menyembah berhala yang terbuat dari batu, dan Beliau tidak mau ikut menyembah berhala itu, karena baginya hanyalah sebuah benda. Kemudia beliau melihat bulan dan bintang di malam hari, matahari di siang hari, ia berkata “Mungkinkah benda-benda itu Tuhan?” Namun ternyata, bulan dan bintang menghilang dan matahari terbenam, lalu ia berkata: “Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu.” Maka Allah berfirman dalam QS. Al-An’am ayat 76-79.
Yang artinya: “Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukanSesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Setelah Nabi Ibrahim beranjak dewasa, Allah memberinya akal dan kecerdasan yang luar biasa dan mulailah Nabi Ibrahim menyampaikan dakwahnya.

Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala Raja Namrud

Disaat Raja Namrud dan kaumnya pergi meninggalkan negerinya dan saat itu kampung-kampungnya kosong. Maka nabi Ibrahim melaksanakan niat yang selama ini dipendamnya, yakni menghancurkan berhala-berhala yang dipuja dan disembah oleh Raja Namrud dan rakyatnya. Beliau menghancurkannya menggunakan kampak dan hanya satu yang tidak dihancurkan, sengaja kampaknya dikalungkan dileher patung terbesar itu.
Setelah Raja Namrud dan pengikutnya tiba di negerinya, maka murkalah ia terhadap kejadian itu. Raja Namrud langsung menuduh Nabi Ibrahim sebagai pelakunya, karena sudah terkenal bahwa Nabi Ibrahim sangat membenci berhala-berhala itu. Lalu Nabi Ibrahim dihadapkan padanya untuk diadili.
Sang Raja berkata dengan geram: “Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala ini?”
Bukan!” jawab Ibrahim singkat. Mendengar jawaban itu, Raja Namrud semakin geram dan berkata: “Lalu siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah kau berada disini saat kami pergi dan bukankah engkau membenci berhala-berhala ini?”
Ya, tapi bukan aku yang menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, berhala besar itulah yang menghancurkannya, bukankah kampaknya masih berada dilehernya?” sahut Ibrahim dengan tenang.
Raja Namrud membantahnya: “Mana mungkin patung berhala dapat berbuat semacam itu!”. Mendengar hal itu dengan tegas Nabi Ibrahim berkata: “Kalau begitu, kenapa engkau menyembah berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa?”
Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya tersadar dan terpikir oleh mereka Tuhan yang selama ini disembah tidak dapat melihat, mendengar, dan bergerak. Namun, Raja Namrud semakin Murka.

Nabi Ibrahim Dibakar

Karena Geram dan kesalnya Raja Namrud, akhirnya ia memerintahkan para tentaranya untuk menghukum Nabi Ibrahim dengan seberat-beratnya. Nabi Ibrahim dihukum mati dengan jalan dibakar hidup-hidup.
Api dinyalakan besar sekali dengan kayu sebagai bahan bakarnya, sementara Nabi diikat dan ditempatkan ditengah-tengah tumpukan kayu. Tetapi Allah lebih berkuasa dalam segala hal. Allah belum menghendaki Nabi Ibrahim mati dan kalah oleh Raja namrud. Lalu Allah berfirman:
al-anbiya ayat 69
Artinya: “Kami berfirman: “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya: 69)
Menyaksikan proses pembakaran itu, Raja Namrud dan para pengikutnya tertawa dengan penuh kepuasan. Mereka mengira, Nabi Ibrahim telah hancur menjadi abu bersama api itu. Namun, begitu terkejutnya mereka setelah api yang menyala dahsyat itu padam.  Nabi tiba-tiba berjalan keluar dari puing-puing pembakaran dengan selamat tanpa luka sedikitpun. Lalu beliau pergi berhijrah ke negeri Kan’an dan baitul Maqdis. Disanalah beliau hidup dan memiliki keturunan.

Ujian Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim juga diuji oleh Allah SWT dengan perintah-Nya untuk mengorbankan putra kesayangannya Ismail. Lalu beliau mau mengikuti perintah Allah tersebut. Namun kemudian Allah menggantikan Ismail dengan seekor kambing kibas untuk disembelih.  Maka legalah hati Nabi Ibrahim, lalu memeluk putranya dan memuji Allah SWT. Peristiwa ini diabadikan dalam Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 101-111.
Bersama Siti Hajar (istrinya) dan Ismail, Nabi berhijrah ke Mekah. Disanalah beliau membangun Ka’bah sebagai pusat penyembahan manusia kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim terkenal sebagai Nabi yang banyak berdoa kepada Allah SWT.
Nabi Ibrahim as., memiliki dua istri yaitu Sarah dan Siti Hajar serta memiliki dua putra Ismaildan Ishaq yang keduanya pun menjadi Nabi dan Rasul Allah. Ismail dilahirkan oleh Siti Hajar dan Ishaq dilahirkan oleh Sarah. Beliau menikah dengan Hajar karena bersama Sarah tidak dikaruniai anak, kemudian Sarah meminta Ibrahim untuk menikahi budaknya Hajar dan lahirlah Ismail. Kemudian tidak lama Sarah pun akhirnya memiliki putra yaitu Ishaq.
Nabi Ibrahim wafat pada usia 200 tahun. Beliau lahir pada tahun 1273 setelah terjadinya peristiwa banjir dan topan pada masa Nabi Nuh as.
Demikianlah Sejarah Nabi Ibrahim Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat semoga bermanfaat. Sekian terimakasih